Jakarta (23/10). Pondok pesantren menjadi destinasi menimba ilmu agama yang
memikat generasi muda LDII. Namun, sudah jadi pemahaman umum kesehatan
merupakan tantangan besar bagi para santri.
Menurut
Heris Setiawan Kusumaningrat salah satu pemateri webinar Pos Kesehatan
Pesantren (Posketren), untuk menjaga kesehatan para santri, perlu kerja sama
antara para pengurus dan santri. Untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PBHS).
Hal
tersebut ditekankan Heris pada acara “Diklat Kader Kesehatan Poskestren dan
Peluncuran Buku Pedoman Kesehatan Poskestren” pada Minggu (22/10), “Pondok
pesantren menjadi tempat berkumpul orang-orang dari berbagai wilayah yang dapat
memicu berbagai penyakit. Menjaga kesehatan menjadi aspek penting yang perlu
ditingkatkan oleh semua kalangan,” ujar Heris yang pernah bertugas sebagai
dokter di Rumah Sakit Petrokimia, Gresik, Jawa Timur itu.
Dalam
presentasinya, Heris juga menjelaskan beberapa penyakit yang sering terjadi di
lingkungan pondok pesantren (Ponpes), mulai dari penyebab, tanda-tanda yang
dialami, dan bagaimana cara pencegahannya, seperti pada penyakit gangguan
sistem pencernaan, infkesi dan alergi, serta gangguan pada kulit dan mukosa.
“Sebagai
husada pesantren harus cepat dan tanggap dalam menangani santri yang sakit.
Khususnya para santri saat awal pendaftaran masuk pondok harus menuliskan
riwayat penyakit yang diderita. Hal ini untuk mempermudah pengurus pondok dan
tim husada pesantren dalam memberikan fasilitas dan pelayanan serta
berkonsultasi dengan tim medis atau kesehatan yang terdekat,” imbuhnya.
Heris
menjelaskan kembali, meningkatkan kesehatan di lingkungan pondok pesantren
adalah tanggungjawab semua tanpa terkecuali. “Untuk mencegah awal penyebab
penyakit yang sering terjadi, dibutuhkan tingkat kepedulian dan kesadaran yang
tinggi, seperti menhindari skin to skin, tidak menggunakan handuk orang lain, mukena, baju, atau
sejenisnya bergantian, mengatur pola pikir yang sehat, memotong kuku, dan masih
banyak pencegahan yang lainnya,” tambahnya.
Di
samping itu, Heris juga menyampaikan dalam menangani penyakit terdapat empat
prinsip tata kelola penyakit yang harus dipahami, khususnya pengurus pondok,
husada pesantren dan santri pondok.
“Ada
empat prinsip tata kelola penyakit yang perlu sama-sama dipahami yaitu promotif
bagaimana meningkatkan derajat kesehatan, preventif bagaimana cara mencegah
terjadinya penyakit, kuratif bagaimana mengobati dan mencegah perburukkan
penyakit,” ujar Heris.
Selanjutnya,
rehabilitatif tentang penyembuhan dan pemulihan kesehatan, yang kesemuanya
harus berjalan secara simultan atau bersamaan. Sehingga para santri harus
segera memeriksakan diri apabila merasakan gejala-gejala tersebut untuk
mempermudah penanganan.
Selain
itu, menurut Heris bahwa menjaga pola asupan gizi juga penting dalam menjaga
kesehatan. Sebab asupan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap tubuh
seseorang, sehingga para santri tidak boleh beraktivitas dalam keadaan perut
kosong.
“Di
pondok itu aktivitasnya padat, jadi jangan sampai lupa makan. Salah satu upaya
penting dalam menjaga kesehatan selain PHBS, yaitu para santri jangan sampai
berkegiatan dalam keadaan perut kosong. Sebab hal tersebut dapat memberikan
pengaruh terhadap kondisi tubuh, maka dari itu mengelola jadwal makan harus
disiplin,” tambah Heris.
Acara
yang bertajuk “Jihad Santri Jayakan Negeri” ini sekaligus memperingati Hari
Santri Nasional dan Road to Rakernas LDII 2023. Harapannya dapat membentuk
kader-kader kesehatan di setiap pondok pesantren, khususnya yang bernaung di
bawah LDII.